Minggu, 21 Februari 2021

APLIKASI TRANSISTOR UNIPOLAR

   [PENGAPLIKASIAN TRANSISTOR UNIPOLAR]



APLIKASI PENDETEKSI LOGAM PADA EKSKALATOR BARANG

Tujuan Pembelajaran :
a. Untuk mengetahui apa itu sensor infrared dan sensor magnetik 
b. Untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja dari sensor infrared dan magnetik
c. Untuk mempelajari aplikasi dari sensor infrared dan magnetik
d. Untuk mempelajari simulasi rangkaian sensor infrared dan magnetik menggunakan aplikasi proteus. 

Alat :

    Terminals : Ground dan power

 

    Instrumens : DC Voltmeter 

Bahan/Komponen :

  1. Resistor
  2. Transistor unipolar/IRF520
  3. Sensor magnetik
  4. Sensor Infrared
  5. Led-green
  6. Motor
  7. Relay
  8. Baterai
  9. Diode

 

Dasar Teori 

SENSOR INFRARED

Spesifikasi Sensor :

Fitur

Spesifikasi

Nama

Sensor Infrared Proximity

Tipe

Module Sensor

Banyak Pin

3 Pin

Tegangan Masukan

3-5 Volt

Konsumsi Arus

23 mA saat 3.0V dan 43 mA saat 5.0V

Jarak pembacaan

2 - 30 cm (diatur dengan potensiometer)

Keluaran Sensor

Digital LOW

Lampu LED indikator

Ada

Sensor Infrared adalah komponen elektronika yang dapat mendeteksi benda ketika cahaya infra merah terhalangi oleh benda. Sensor infared terdiri dari led infrared sebagai pemancar dan fototransistor sebagai penerima cahaya infra merah. Led infrared sebagai pemancar cahaya infra merah merupakan singkatan dari Light Emitting Diode Infrared yang terbuat dari bahan Galium Arsenida (GaAs) dapat memancarkan cahaya infra merah dan radiasi panas saat diberi energi listrik. (M. Aksin. 2013) Proses pemancaran cahaya akibat adanya energi listrik yang diberikan terhadap suatu bahan disebut dengan sifat elektroluminesensi. (Sutrisno. 1987). Gambar led infrared dapat dilihat pada gambar 

        Di sini kami mengetahui bahwa sinar infrared merupakan sinar yang tidak dapat di lihat. Panjang gelombangnya sendiri yaitu 700 nm dan 1 mm. Sehingga disini saya ingin membuktikan bahwa sinar infrared dapat dijadikan alat lacak atau biasa disebut sensor. dengan panjang gelombang dan frequensi yang diketahui, sensor infrared diharapkan mampu dijadikan sebagai alat pendeteksi benda yang dapat membuka sebuah pintu secara otomatis.

 

 

        Infrared atau yang lazim dikenal dengan infra merah merupakan sinar elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang lebih dari cahaya yang terlihat, yakni antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infrared adalah cahaya yang tidak terlihat atau tak tertangkap mata. Apabila dilihat dengan menggunakan spektroskop cahaya maka radiasi dari sinar infrared akan terlihat pada spektrum elektromagnet dengan panjang gelombang yang berada di atas panjang gelombang cahaya merah.

Dengan adanya panjang gelombang ini menyebabkan sinar infrared tidak tertangkap mata, tetapi radiasi dari panas yang ditimbulkan masih dapat terdeteksi.

 


Tabel

SENSOR MAGNETIC REED SWITCH



Spesifikasi: - Jenis reed : Normally Open - Tegangan kerja : 3.3-5v - Output : digital (0 dan 1) - Ukuran kecil : 3.2x1.4cm - Comparator : wide voltage LM393 - Lobang baut : tersedia Koneksi Pin: - Sensor : Arduino - GND : GND - VCC : +5v - DO : Digital Pin 3

Sensor Magnet adalah Alat yang akan terpengaruh Medan Magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran, seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet disekitarnya.

    Sensor magnetic red switch merupakan sensor elektrik yang dioperasikan dengan memanfaatkan medan magnet sebagai pengubah kondisinya. Atau secara ringkas disebut sensor magnet karena akan aktif jika terkena lempengan magnet.

- Medan Magnet

    Dalam ilmu fisika, sebuah medan magnet adalah suatu medan yang terbentu diakibatkan oleh adanya pergerakan arus listrik yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik yang bergerak lainnya. Medan magnet adalah muatan yang besifat muatan vector. Pada sebuah medan magnet , maka sebuah gaya akan diberikan pada partikel-partikel electron bergerak yang dekat dengannya. Sehingga menyebabkan kekuatan medan agnet berbeda-beda tergantung pada lokasi (jarak).

    Medan magnet terurai menjadi dua symbol menurut kaidah “International systems of units”. Yakni B dan H. Dalam pemakaiannya B menggunakan satuan tesla atau newton sebagai satuan, sementara H menggunakan ampere/meter. Cara kerja medan magnet dapat diuraikan sebagai berikut:

    Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa, medan magnet menggunakan prinsip tangan kanan untuk menentukan hubungan antara arah arus(I), besaran medan (B) dan jarak (P). Semakin jauh jarak terhadap kawat maka akan semakin kecil besar medannya.

    Berdasarkan rumusan matematik biot savart, maka untuk menghitung besaran medan magnet digunakan

B=µ0.I.N/2π.a

Dimana:

B      : Medan magnet (T)

Π0    : Permeabilitas ruang hampa

N      :Jumlah lilitan (n)

I        : Arus Listrik (A)

-Medan magnet solenoid

Sesuai judul yakni sensor medan magnet solenoid, maka akan dijelaskan mengenai solenoid itu sendiri.

    Sebuah kawat dibentuk seperti spiral yang selanjutnya disebut kumparan , apabila dialiri arus listrik maka akan berfungsi seperti magnet batang. Kumparan ini disebut dengan 

Solenida.Besarnya medan magnet disumbu pusat (titik O) Solenoida dapat dihitung:

B=µ0.I.N/L

Dimana:

B   : Besar  medan magnet (T) 

µ0 : Permeabilitas

I    : Besar arus yang mengalir (A)

N   :Banyak lilitan (n) 

L    :Panjang Solenoida (M)

Resistor


Resistor memiliki nilai resistansi atau hambatan yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik yang mengalir dalam rangkaian. Resistor memiliki dua pin untuk mengukur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resistansi tertentu yang dapat menghasilkan tegangan listrik di antara kedua pin. Nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir.



Relay

    Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.

 

Pada dasarnya, Relay terdiri dari 4 komponen dasar  yaitu :

1.     Electromagnet (Coil)

2.     Armature

3.     Switch Contact Point (Saklar)

4.     Spring

Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

  • Normally Close (NC) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup)
  • Normally Open (NO) yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka)

Berdasarkan gambar diatas, sebuah Besi (Iron Core) yang dililit oleh sebuah kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan Besi tersebut. Apabila Kumparan Coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya Elektromagnet yang kemudian menarik Armature untuk berpindah dari Posisi sebelumnya (NC) ke posisi baru (NO) sehingga menjadi Saklar yang dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada saat tidak dialiri arus listrik, Armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil yang digunakan oleh Relay untuk menarik Contact Poin ke Posisi Close pada umumnya hanya membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika diantaranya adalah :

1.    Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)

2.  Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay   Function)

3.   Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan dari Signal Tegangan rendah.

4.  Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

 Motor

    Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot debu

Dioda

    Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+) dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n (Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.


Berdasarkan Fungsi Dioda, Dioda dapat dibagi menjadi beberapa Jenis, diantaranya adalah :

  • Dioda Penyearah (Dioda Biasa atau Dioda Bridge) yang berfungsi sebagai penyearah arus AC ke arus DC.
  • Dioda Zener yang berfungsi sebagai pengaman rangkaian dan juga sebagai penstabil tegangan.
  • Dioda LED yang berfungsi sebagai lampu Indikator ataupun lampu penerangan
  • Dioda Photo yang berfungsi sebagai sensor cahaya
  • Dioda Schottky yang berfungsi sebagai Pengendali

Baterai

Baterai (Battery) adalah sebuah alat yang dapat merubah energi kimia yang disimpannya menjadi energi Listrik yang dapat digunakan oleh suatu perangkat Elektronik. Hampir semua perangkat elektronik yang portabel seperti Handphone, Laptop, Senter, ataupun Remote Control menggunakan Baterai sebagai sumber listriknya. Dengan adanya Baterai, kita tidak perlu menyambungkan kabel listrik untuk dapat mengaktifkan perangkat elektronik kita sehingga dapat dengan mudah dibawa kemana-mana. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat menemui dua jenis Baterai yaitu Baterai yang hanya dapat dipakai sekali saja (Single Use) dan Baterai yang dapat di isi ulang (Rechargeable).

        Baterai dalam sistem PV mengalami berulang kali siklus pengisian dan pengosongan selama umur pakainya. Siklus hidup (cycle life) baterai adalah banyaknya pengisian dan pengosongan hingga kapasitas baterai turun (melemah) dan tersisa 80% dari kapasitas nominalnya. Pabrik baterai biasanya mencantumkan siklus hidup pada spesifikasi teknis baterai. Mencantumkan satu nilai siklus hidup (cycle life) sebenarnya terlalu menyederhanakan informasi, karena siklus hidup baterai juga tergantung pada suhu baterai.

        Dari grafik di atas, terlihat pada suhu operasional baterai yang lebih rendah, siklus hidup baterai lebih lama. Siklus hidup baterai juga tergantung dari DoD, artinya baterai yang dikosongkan hanya 50% dari kapasitasnya, berumur lebih lama jika dikosongkan hingga 80%, namun membuat sistem menjadi lebih mahal, karena membutuhkan kapasitas baterai lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan yang sama.

    Jika pada suhu operasional lebih rendah, umur baterai lebih lama,  namun ada efek negatif berkaitan dengan kapasitas baterai. Pada suhu  yang lebih rendah, kapasitas baterai menjadi lebih rendah. Hal ini disebabkan karena pada suhu yang lebih tinggi, reaksi kimia yang terjadi pada baterai bergerak lebih aktif/cepat, sehingga kapasitas baterai cenderung lebih tinggi.

    Terkadang, pada suhu yang lebih tinggi, kapasitas baterai justru dapat lebih besar dari angka nominalnya, meskipun pada suhu tinggi, elemen baterai terlalu aktif, juga berakibat buruk pada kesehatan baterai.

Transistor Unipolar 

 Transistor FET (Field Effect Transistor), dalam hal ini JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah transistor yang bekerja dengan memanfaatkan efek kejadian dalam medan listrik.

    Transistor FET mempunyai tiga elektroda, yaitu : Gate (G) atau pintu, Drain (D) atau cerat, dan Source (S) atau sumber. Ada dua jenis FET, yaitu type-N (kanal N) dan type-P (kanal P).

    Jika pada transistor bi-polar (Junction Transistor) jalan masukannya yaitu basis diberi tegangan muka maju terhadap emitor, maka pada JFET jalan masukannya (gate) diberi tegangan muka terbalik terhadap source.



 Medan listrik yang terjangkit di sekitar jalur-jalur silikon (jalur P atau jalur N) adalah karena pemberian tegangan muka terbalik di antara G dan S (VGS). Medan listrik akan semakin besar apabila tegangan terbalik di antara G – S (VGS) semakin besar, namun ini justeru berefek semakin mengecilnya arus yang mengalir pada D atau S (IDS).

    Apabila VGS dikecilkan, maka IDS akan bertambah besar. Jadi, perubahan-perubahan tegangan terbalik yang terjadi di antara G – S akan mempengaruhi perubahan-perubahan arus IDS. Dengan cara sedemikianlah transistor FET dimanfaatkan, baik sebagai penguat ataupun yang lainnya.


a) rangkaian bias melambangkan karakteristik JFET
b) karakteristik arus drain terhadap tegangan VDS



Rumus resistansi input transistor JFET

Buzzer

Spesifikasi :

        Rated Voltage : 6V DC

        Operating Voltage : 4 to 8V DC

        Rated Current* : ≤30mA

        Sound Output at 10cm* : ≥85dB

        Resonant Frequency : 2300 ±300Hz

        Tone : Continuous

        Operating Temperature : -25°C to +80°C

        Storage Temperature : -30°C to +85°C

        Weight : 2g

Konfigurasi Pin :

        Pin 1 : Positive

        Pin 2 : Negative

Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, Buzzer yang merupakan sebuah perangkat audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, Alarm pada Jam Tangan, Bel Rumah, peringatan mundur pada Truk dan perangkat peringatan bahaya lainnya. Jenis Buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah Buzzer yang berjenis Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke Rangkaian Elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut dengan Beeper.

Rangkaian dan Prinsip Kerja


Saat kedua sensor tidak mendeteksi adanya barang yang mengandung medan magnet

Saat sensor infrared tidak mendeteksi adanya barang yang datang (berlogika 0), maka tidak ada arus yang mengalir ke base transistor sehingga transistor off. Akibatnya tidak ada arus yang mengalir dari power suplai ke kolektor transistor, terus ke emitor transistor terus ke resistor terus led dan ground sehingga led tidak menyala.

Saat sensor infrared mendeteksi adanya barang yang datang dan sensor medan magnet mendeteksi adanya medan magnet yang kuat pada barang

Saat sensor infrared berlogika 1, maka output sensor akan menghasilkan tegangan. Tegangan tersebut diumpankan ke resistor, lalu ke kaki base transistor sehingga transistor menyala. Akibatnya ada arus yang mengalir dari power suplay ke kaki kolektor transistor terus ke kaki emitor transistor terus ke resistor terus ke led lalu ke ground sehingga led menyala.

Saat sensor medan magnet berlogika 1, maka output sensor akan menghasilkan tegangan. Tegangan tersebut diumpankan ke resistor lalu ke kaki base transistor. Hal ini membuat transistor bersifat on sehingga ada arus yang mengalir dari power suplay ke relay, terus ke kaki kolektor transistor lalu ke kaki emitro transistor terus ke ground. Akibatnya switch pada relay berpindah ke kiri yang membuat ekskalator barang (motor) mati dan buzzer berbunyi. 

Video Simulasi Rangkaian




Download File :
Materi [Disini]
HTML [Disini]
Video [Disini]
Rangkaian [Disini]
Datasheet [Disini]
Library [Disini]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mikro

Kontrol Irigasi Sawah DAFTAR ISI 1. Judul 2. Abstrak 3. Pendahuluan 4. Metodologi Penelitian 5. Hasil dan Pembahasan 6. Kesimpulan 7. Saran ...